Kala Hati harus Memilih

Banyak hal ingin diraih ...
Banyak cita ingin digapai ...
Namun langkah terlalu pendek untuk menjalani
Dan waktu terlalu singkat untuk dilalui  

Maaf ya ...
Kalau saya mencoba sedikit puitis
Meskipun mungkin tidak berhasil

kata inspirasi
Sumber : designerham.com
Saya hanya sedang berulangkali membaca tulisan mbak PAWIT SUMIYATI
Mencoba memahami jalan pikirannya
Sehingga peluang-peluang besar untuk diri pribadi
Tetap tidak menggoyahkan hasratnya untuk membesarkan KAVAYA Browsing
(Tentang KAVAYA sudah saya tulis DISINI)

Di mata saya ... 
Mbak PAWIT adalah sosok wanita desa yang memiliki cita-cita besar.
Bahkan saat beliau masih menempuh pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Diponegoro, Semarang.
Ide tentang kemandirian dan pemberdayaan masyarakat sudah tercetus sejak duduk di bangku kuliah Semester 3.

Sementara kalau saya pribadi di usia itu, 
masih sibuk dengan diri sendiri
Kontras yak ... 
(Andai anda tahu ... penyesalan saya saat ini ... hiks)

Yuk ah lanjut ...
Abaikan curhat saya tadi ...
Hahaha ...

Mbak PAWIT menyelesaikan gelar sarjana dengan predikat Cum Laude
Dan memutuskan untuk kembali ke desanya.
Ada hasrat mewujudkan mimpi di usia dini ...
Yaitu keinginan membangun ekonomi masyarakat desanya melalui UMKM KAVAYA Browsing

Mungkin beliau bukan satu-satunya sarjana yang kembali ke kampung halaman
Dan berjuang membangun tanah kelahirannya
Tapi boleh kan kalau saya mengungkapkan kekaguman saya ?

Why not ... ?
Mbak PAWIT sudah ditempa mentalnya sejak SMA 
Sebagai seorang aktivis di organisasi sosial dan bisnis. 
Sehingga layak kalau jiwa enterpreneurship menyatu dalam kehidupan beliau

Hanya ada salah satu yang mengherankan saya ...
Beliau pernah meraih prestasi dalam penulisan ilmiah terkait manajemen SDM 
yang membawanya terbang ke Eropa untuk mempresentasikan karyanya di King College, London, UK.
Dan seolah menjadi "antiklimaks" ... (dalam persepsi saya)
Saat beliau memilih untuk mengembangkan idenya tersebut di desa kelahiran
Dibandingkan mengisi peluang bekerja dan melanjutkan kuliah di luar negeri

Sumber : tjipaw.blogspot.co.id

Apa yang membuat beliau menolak kemilau kehidupan yang ada di depan mata?
Sangat menyentuh untuk saya ...
Yaitu karena mbak PAWIT ingat bahwa ide brownies singkong ini muncul 
karena melihat kondisi petani singkong yang kesulitan menjual singkongnya
karena harganya yang sangat murah 

Ya ... KESULITAN YANG DIHADAPI ORANG LAIN 
yang memantapkan hatinya untuk tetap stay di desa
Sebuah desa di pesisir pantai selatan, yang bernama ...
Desa Ayamputih, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen.

Beliau ingin meningkatkan harga jual singkong.
Sekaligus menaikkan nilai singkong dari trademark "ndeso" 
Dengan cara mengubah singkong menjadi olahan pangan menengah atas yaitu Brownies.

Langkah yang tidak sia-sia,
Karena semua diperjuangkan dengan upaya.
Pemasaran produk diarahkan ke area seluruh Indonesia khususnya Jawa, dan sekitarnya
serta DKI Jakarta. 
Target ke depan juga membidik market luar negeri. 

Usaha ini hanya memiliki 3 orang di bagian produksi.
Sedangkan pemasaran menggunakan sistem reseller.
Meskipun jumlah agen juga masih terbatas sekitar 15 orang. 
Terlebih lagi bisnis ini baru dimulai pada 26 Februari 2016.
Omset saat ini kisaran 3-5 juta per bulan.

Apa yang saya lihat?
SEMANGAT ....
Semangat yang beliau punya
Semangat wujudkan mimpi.

KAVAYA Brownies Singkong berawal dari ide PKM (Program Kreativitas Mahasiswa)
yang saat itu didanai DIKTI untuk beroperasi pertama kali di Semarang. 
Produk ini asli inisiatif dari mahasiswa Kebumen yang menempuh pendidikan di UNDIP Semarang. 
Merk saat itu adalah Browsing Ring Choco Cheese, karena topingnya saat itu hanya 1 macam yaitu keju. 

Mbak PAWIT melanjutkan penuturannya :
"Dengan dukungan dana tersebut,
kami berjalan selama 6 bulan di tengah hiruk pikuk kesibukan kuliah
dan aktivitas luar kampus.
Saat itu tahun 2012,
saya dan kedua teman saya menumpang produksi di sebuah industri roti milik teman.
Produksi dilaksanakan malam setelah tempat kosong sampai jam 22.00 WIB. 
Paginya sambil kuliah kami membawa browniesnya untuk dititipkan ke kantin-kantin kampus"

Enam bulan berlalu. 
Kenyataan harus dihadapi mbak PAWIT.
Temannya menyerah dan mengundurkan diri.
Padahal beberapa waktu kemudian ada lomba business plan secara berkelompok
yang diselenggarakan ITB.
Beliau harus membentuk tim lagi dan ikut berkompetisi, 
namun belum berhasil lolos seleksi.

Tak ada kata hilang semangat ....
Beberapa waktu kemudian ada penawaran PMW (Program Mahasiswa Wirausaha). 
Hasil karyanya diajukan kembali dengan tim yang berbeda. 
Belum ada berita yang terlalu menggembirakan.

Finally setelah lulus kuliah, beliau resmi resign dari pekerjaan. 
Namun sehari sebelum kembali ke Kebumen,
Beliau masih menyempatkan diri mengikuti acara dari Dinas Koperasi
di salah satu hotel di Semarang. 
Dalam acara ini peserta diberi kesempatan mengajukan proposal bisnis. 

Sekitar 2 bulan berikutnya beliau menerima pemberitahuan
bahwa Browsing-nya lolos seleksi.
Dan mendapat hibah modal sebesar 5 juta rupiah. 
Dengan dana hibah tersebut,
Tanggal 26 Februari 2016, Brownies Singkong diluncurkan dengan nama PAPA.

Mbak PAWIT melanjutkan cerita :
"Seminggu kemudian, usaha ini mendapat ujian. 
Hingga akhirnya tepat 8 Maret saya memutuskan mengubah nama menjadi KAVAYA.
Memulai brand dari nol lagi.
Padahal saat itu kardus lama masih sangat banyak. 
Hingga resmi memakai kemasan baru KAVAYA yang sudah lengkap ijin PIRT nya pada 26 Juni 2016"

Masih banyak mimpi beliau ...
Diantaranya ke depan KAVAYA Brownies Singkong dapat menjadi usaha besar
dan masuk dalam list Oleh-oleh Khas Kebumen.
Sekaligus mengangkat nama Kebumen ke kancah Nasional maupun Internasional. 
Serta dapat membantu masyarakat sekitar yang sebagian besar berprofesi sebagai petani singkong.

Tertegun sejenak diri saya ...
Ada banyak inspirasi yang saya ambil.
Setidaknya ...
Cita-cita hanya akan menjadi mimpi belaka,
Jika kita tidak berusaha meraihnya.

Dan 1 lagi ...
Ikuti kata hati.

Semoga bermanfaat.



Yk - Mei 29, 2017


Share this

Related Posts

Previous
Next Post »
Give us your opinion