Musik adalah .....

Musik adalah bahasa universal. Benarkah?
Saya tidak bicara setuju dan tidak setuju dengan jargon lama (usang) tersebut.
Karena universalitas sendiri menjadi nisbi, apalagi dikaitkan dengan musik sebagai bahasa.
Ah ... biar ahli musik dan bahasa yang bicara tentang ini ... saya gak mampu.

Saya hanya bercerita tentang bagaimana menjalani kehidupan yang diwarnai musik (baca:lagu).
Saya punya banyak lagu memori dengan istri saya.
"Kebetulan" istri saya penyuka lagu lama (60-70'an) baik Barat maupun Indonesia.
Sejauh cerita yang saya tangkap, itu karena keberhasilan orangtuanya menularkan kesukaan mereka pada lagu.
Sedikit beda mungkin dengan istri saya tentang lagu lama.
Saya tidak terlalu menikmati lagu Indonesia lama (Teti Kadi, Alfian, dsb ... termasuk Koes Plus ... kalo Koes Plus istri saya juga jarang mendendangkannya)
Sebaliknya lagu Barat lama mungkin lebih banyak saya tahu, dari istri pastinya banyak saya tahu dan kebetulan saya pernah jadi host di program acara Tembang Kenangan di Retjo Buntung FM.
Dan tiap saat on air, saya kirimkan satu lagu special untuk istri ... apa aja ... Richard Cocciante, Everly Brothers, Joan Baez ... etc.
Atau istri saya yang memilihnya.

Satu hal lagi yang beda, saya lebih konsen pada musiknya, tp istri memaknai liriknya sekaligus.
Dan hal itu sering membuat saya menangkap "keindahan" lagu tertentu lewat bibir istri saya.
Contoh soal "Scarlett Ribbons"-nya the Cats.
Wow ... 2 hal yang saya simpulkan :
Pertama lagu itu mengekspresikan cinta seorang Ayah pada putrinya.
Kedua adalah bagaimana kekuatan doa itu bekerja.

Di luar lagu itu pastinya banyak lagu cinta yang menghiasi komunikasi saya dan istri
Dan pastinya banyak kalimat romantis yang ada dalam liriknya, dan itu tertangkap oleh istri.
Pastinya juga tidak hanya tentang kemanisan, tp juga kesakitan.
Istri saya memaknai cinta salah satunya lewat lirik lagu.

Episode lagu dan istri sementara saya potong disini ...
Babak berikutnya adalah komunikasi saya dengan anak2 saya lewat lagu.

Kalau dikembalikan ke selera dasar, saya adalah penyuka lagu Rock.
Sesuai usia, yang paling saya nikmati adalah warna musik rock era 80-90an.
Tapi mungkin lebih spesifik pada warna musik hard rock, progressive rock dan heavymetal.
Di luar itu saya agak sulit menikmatinya ... :)

Pertanyaannya apakah saya kemudian memaksakan untuk mengenalkan dan meng"intimidasi" anak2 saya untuk menyukai selera musik saya ?
Ah ... rasanya enggak deh (sambil membela diri ;) ).
Saya gak pernah memaksakan apapun ... saya hanya memutarkan lagu2 kesukaan saya sambil mengantar mereka ke sekolah.
(Kalau si bungsu kan masih batita, dan saya lebih banyak nyanyi lagu anak2 untuknya)
Saya tidak pernah bicara tentang baik buruk, borju proletar-nya musik ..
Tapi anak saya pernah berceloteh tentang DangDut yang terdengar lewat radio mobil ... lagu jelek katanya.
Juga berkomentar sama untuk lagu2 lama kesukaan istri saya (kalo yang ini saya menduga karena mereka kalah set dengan bundanya untuk dengerin lagu di mobil).

Kalaupun Album "Scenes from A Memory"-nya "Dream Theater" akhirnya lebih sering mereka dengar
Saya yakin karena saya bisa sedikit menceritakan tentang makna lagu2nya (tentang regresi dan hipnotis ... psiko banget pokoknya, dan itu hal baru bagi mereka sekaligus misterius)
Tapi saya juga yakin mereka menikmati dinamika musiknya (Progressive Rock)
Dan hal itu seperti menjadi pembuka pintu untuk mengenalkan mereka dengan Deep Purple, Iron Maiden, Bon Jovi dsb.
Tapi saat ini Dream Theater masih jadi pilihan utama mereka (maklum koleksi CD saya belum nambah)
Oh ya ... mereka juga pernah sangat menikmati "The Wall"-nya "Pink Floyd" yang kebetulan warnanya juga Progressive Rock.

Saya manfaatkan waktu 1/2 jam perjalanan pergi sekolah dan 1/2 jam pulang sebagai arena mengenalkan mereka pada musik.
Juga bunyi alat-alat musik yang terdengar di sela vokal.
Sejauh yang saya bisa pastinya, karena saya sadar pemahaman saya sangat terbatas (maklum pemain lokal alias kampung).

Hal terakhir (saat ini) yang mau saya ceritakan adalah ...
Ada lagu2 lama kesukaan bundanya yang mereka mulai suka
seperti "Close to You"-nya "Carpenters".
Saya berharap bukan karena kebiasaan mendengar, tapi karena mereka makin bisa mengapresiasi musik (lagu) ... Semoga.

Kesimpulannya apakah Musik adalah Bahasa Universal ?
Masih sama ... saya belum punya kesimpulan.
Yang pasti ... saya sangat menikmati komunikasi dengan orang-orang tercinta ini lewat musik(lagu).

Yk - March 10, 2010



Share this

Related Posts

First
Give us your opinion